top of page
Search

Fast Fashion VS Slow Fashion

  • Writer: Mind Entrance
    Mind Entrance
  • Dec 5, 2020
  • 4 min read

Updated: Dec 12, 2020

Mind Entrance- Alfira Haikal

ree

Apa sih pengertian dari fast fashion dan slow fashion?

Fast fashion adalah sebuah industri pakaian dengan konsep ready-to-wear yang pergantian modenya cepat dalam kurun waktu tertentu tanpa memperhatikan kualitas produk. Praktik produksi fast fashion ini dibandrol dengan harga murah dan berkiblat mode fashion terbaru yang ditampilkan di acara-acara peragaan busana. Mayoritas toko-toko retail pakaian yang kita temukan di mall-mall dan pusat perbelanjaan jatuh ke dalam kategori fast fashion.


Sedangkan slow fashion adalah antitesis dari fast fashion. Slow fashion juga dapat disebut dengan sustainable fashion yang artinya fasyen berkelanjutan. Berbeda dengan fast fashion, slow fashion lebih mengutamakan kualitas baik dari segi bahan baku, lingkungan, maupun kesejahterahan tenaga kerja. Selain itu, slow fashion memiliki tujuan menyatukan berbagai kalangan di industri fashion, seperti perancang, produsen, distributor dan konsumen untuk bekerja sama mengubah cara pandang suatu item fashion untuk dikonsumsi ke arah yang lebih baik.


Pengaruh fast fashion dan slow fashion terhadap lingkungan

Bedasarkan data yang dilansir dari Boston Consulting Group, pada tahun 2015 saja, industri mode menghabiskan 7,9 miliar meter kubik air, melepaskan 1,715 juta ton CO2, dan memproduksi 92 ton sampah. Mengingat fast fashion menargetkan produksi pakaian dalam jumlah besar ( Low quality, High volume ) tentu saja dapat menciptakan angka polusi yang lebih besar. Terlebih industri fast fashion biasanya menggunakan bahan baku polyester yang berasal dari fosil sehingga ketika dicuci akan menimbulkan serat mikro yang dapat meningkatkan jumlah sampah plastik. Pewarna tekstil dengan kualitas rendah yang dapat menyebabkan pencemaran air. Bahkan, beberapa fast fashion juga menggunakan bahan dasar kulit hewan, seperti ular, macan dan sebagainya. Hal ini tentunya sangat merusak ekosistem dan menurunkan populasi hewan.


Nah bagaimana dengan slow fashion? Slow fashion diciptakan dengan konsep utama yang ramah lingkungan. Maka dari itu, slow fashion menggunakan material alami yang bisa dikembangkan secara sustainable. Slow fashion juga memilih bahan-bahan yang tidak mengandung zat kimia, menggunakan pewarna tekstil alami dan mengurangi penggunaan bahan baku yang sulit terurai.


Which one has the best quality?

Fast fashion prioritizes quantity over quality. Sehingga terpaku pada pemenuhan jumlah target pasar tanpa mempertimbangkan kualitas bahan baku. Pemilihan bahan baku kualitas rendah dapat menghasilkan pakaian dengan kualitas rendah pula. Entah seperti dalam jangka waktu lima bulan pakaian kamu sudah melar atau warnanya yang memudar.


Berbeda dengan fast fashion, slow fashion justru menggunakan bahan dengan kualitas premium yang lebih tahan lama. Seperti penggunaan katun organik yang memiliki kualitas tinggi sehingga usia pakaian jauh lebih awet. Selain itu, proses desain dan pembuatan yang lebih baik dikarenakan slow fashion tidak diburu-buru dalam proses manufakturnya. Daripada beli baju murah tapi gampang rusak, mending beli yang tahan lama gak sih?


Isu kesejahterahan pekerja

Dilansir dari kompasiana, Lebih dari 50% pekerja pabrik garmen yang memproduksi pakaian fast fashion tidak dibayar sesuai upah minimum. Pekerja garmen di Bangladesh hanya mendapat upah sebesar $95 per bulan yang mana angka itu 3,5 kali lebih rendah dari biaya hidup mereka perbulan. Upah yang mereka dapatkan juga tidak sesuai dengan jam kerjanya yaitu 14-16 jam perhari dan 7 hari dalam seminggu, bahkan jika mendekati batas waktu pengiriman pakaian ke retailer, mereka akan bekerja sampai jam 2 atau 3 pagi. Hal ini mengindikasikan adanya eksploitasi pekerja bahkan perbudakan dalam industri ini. Terdapat 127,7 miliar produk fashion yang diimpor ke negara G20 diduga berasal dari hasil perbudakan modern.


Terkait dengan target produksi fast fashion dengan jumlah tinggi dengan waktu yang singkat dengan harga penjualan yang murah, maka dari itu mereka mencari pekerja yang dapat diabayar murah dari negara ketiga yaitu Bangladesh, India, dan sayang nya Indonesia. Industri fast fashion juga dipandang kurang memenuhi standar keselamatan para pekerjanya.


Berbanding terbalik dengan fast fashion, slow fashion sangat menekankan etika dalam rantai suplai produsen. Para pekerja slow fashion diperlakukan dengan adil dan mendapat upah yang sesuai. Jadi, slow fashion bisa dikatakan membandrol harga lebih mahal karena harga tersebut sudah termasuk untuk membayar upah pekerja dengan layak dan meningkatkan keamanan lingkungan pabrik yang sesuai standar. Selain itu jam kerja yang diberlakukan juga sesuai dengan durasi standar pekerja.Beberapa brand slow fashion bahkan membantu komunitas setempat, seperti menyediakan tempat tinggal dan kebutuhan lainnya untuk para pekerja.


Konsumtif atau Minimalis?

Fast fashion membuat kita menjadi konsumtif. Data dari American Apparel and Footwear Association tahun 2013, rata-rata penduduk Amerika Serikat membeli 64 potong garmen per tahun. Fashion designer juga diminta perusahaan retail untuk menciptakan penampilan baru setiap minggu dengan tujuan konsumen merasa ketinggalan trend dan akan membeli model yang lebih baru lagi.

Slow fashion menekankan sustainable clothes yang mengharapkan konsumen dapat memakai pakaian tersebut dengan jangka waktu yang lama dan bekelanjutan. Hal tersebut juga ditinjau dari kualitas pakaian yang bagus. Implementasi dari slow fashion adalah menjadikan kita sebagai generasi milenial yang minimalis. Artinya, kita dapat membiaskan gaya hidup tidak konsumtif. Selain itu, kita juga dapat lebih aware dengan isu sosial dan lingkungan yang terjadi di sekitar kita. Langkah kecil yang dapat kita lakukan terkait dengan isu fast fashion adalah dengan membeli baju second atau Thrift Shopping. Seiring bertambahnya waktu, thrift shop sudah tidak asing di telinga kita. Terlebih media sosial yang lebih canggih mampu memasarkan thrift shop dengan lebih menarik dan modelnya juga tidak kalah modern. Melakukan thrift shop juga mengurangi limbah yang dihasilkan dari industri tekstil lo!


 
 
 

Comments


© 2023 by The Artifact. Proudly created with Wix.com

  • Twitter
  • Instagram
bottom of page